Kamis, 10 Januari 2019

REVIEW JURNAL ONLINE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Tugas Mandiri
REVIEW JURNAL ONLINE
REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

                                                Description: F:\LOGO UINJ SU revisi 6 oke.png


Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Mandiri Yang Diwajibkan
Dalam Mengikuti Perkuliahan Filsafat  Pendidikan Islam

Disusun Oleh,
DTM AYUB AZHARI
3003183056

I (GANJIL)
Jurusan Pendidikan Islam (PEDI A)
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Al Rasyidin, Mag
                                 Dr. Salminawati, SS, MA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan pendidikan terus terjadi seiring dengan perkembangan peradaban manusia yang bergerak menuju lebih baik, sebuah peradaban gemilang manusia modern. Pencapaian peradaban gemilang hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan yang baik.
Proses pendidikan telah berlangsung selama manusia itu sendiri diciptakan, mulai Adam sang bapak manusia dan Hawa sebagai ibu manusia. Adam secara mandiri dididik langsung oleh Tuhan dengan diajarkan kepadanya beberapa nama benda1 hingga Adam menjadi makhluk yang unggul karena ilmu pengetahuannya. Perjalanan itu terus berlangsung hingga manusia semakin berkembang dalam segala hal, baik pengetahuan tentang dirinya sendiri sebagai makhluk biologis maupun pengetahuan lainnya sebagai makhluk yang dijadikan Tuhan sebagai pemimpin di muka bumi.
Manusia memiliki dua tugas utama yaitu sebagai hamba Allah sekaligus pemimpin dunia. Imbalan dan hukuman dimunculkan bersamaan dengan penciptaan manusia itu sendiri.
Masing-masing budaya, baik di Timur maupun di Barat, semuanya memiliki pola dan metode yang berbeda dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks Barat, Barat dikenal modern dan secara kognitif bisa teruji, sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan kajian empiris logis. Dalam konteks Timur, budaya Timur dikenal kearifan dan spiritualitas tinggi, sehingga pendekatan yang dilakukan cenderung logis akhlaki. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga menjadikan Barat dan Timur sebagai sebuah peradaban yang santun saat setiap manusia mampu menyandingkannya. Tidak ada dikotomi ilmu dalam pendidikan, karena setiap orang berhak mengetahui segala ilmu sebagai modal mempertahankan hidup, pengembangan diri, maupun mengelola lingkungannya sebagai makhluk sosial.



BAB II
PEMBAHASAN
REWARD AND PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A.    Identitas Jurnal
1.      Judul                     : Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam
2.      Penulis                   : Wahyudi Setiwan
3.      Lembaga Penulis   : Universitas Muhammadiyah Ponorogo
4.      Penerbit                 : AL-MURABBI
5.      Tahun                    : 2018
6.      ISSN                     : 2406-775X

B.     Ringkasan Jurnal
1.      Pendahuluan
Di zaman modern seperti sekarang ini proses pendidikan berlangsung sesuai dengan kebutuhan dan budaya setiap wilayah. Hal ini dikarenakan secara administratif manusia adalah kelompok masyarakat atau warga negara. Pelaksanaan pendidikan adalah bagian dari proses untuk mencapai sebuah tujuan mulia yang dicita-citakan, yaitu dengan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berakhlak dan unggul dalam ilmu pengetahuan. Dalam proses pelaksanaan pendidikan terdapat metode pembelajaran sebagai bentuk upaya mewujudkan atau mencapai sebuah tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam sebuah visi misi. Segala potensi pendidikan ditujukan supaya pelaksanaan pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan capaian pendidikan bisa terwujud dengan baik.
Masing-masing budaya, baik di Timur maupun di Barat, semuanya memiliki pola dan metode yang berbeda dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks Barat, Barat dikenal modern dan secara kognitif bisa teruji, sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan kajian empiris logis. Dalam konteks Timur, budaya Timur dikenal kearifan dan spiritualitas tinggi, sehingga pendekatan yang dilakukan cenderung logis akhlaki. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga menjadikan Barat dan Timur sebagai sebuah peradaban yang santun saat setiap manusia mampu menyandingkannya. Tidak ada dikotomi ilmu dalam pendidikan, karena setiap orang berhak mengetahui segala ilmu sebagai modal mempertahankan hidup, pengembangan diri, maupun mengelola lingkungannya sebagai makhluk sosial.
Bentuk dari beberapa metode pembelajaran dalam proses usaha mencapai tujuan pendidikan adalah reward and punishment. Ada sekian banyak metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan, sedangkan reward and punishment merupakan bagian dari sekian banyak metode dalam kegiatan belajar yang digunakan dalam pendidikan formal, non formal, dan informal bersama para siswa/mahasiswa/pembelajar. Tulisan ini mencoba menyajikan sudut pandang Islam dan Barat dalam memandang atau menerapkan metode pembelajaran reward/penghargaan dan punishment/hukuman tersebut. Diharapkan tulisan ini akan mampu memberikan sudut pandang yang komprehensif atas metode reward and punishment sebagai bentuk kontribusi terhadap pelaksanaan pendidikan yang maksimal.
2.      Kajian Teori
a.       Reward / Penghargaan
Penghargaan dalam proses pelaksanaan pendidikan sebagai bentuk bagian dari metode pembelajaran merupakan bagian terpenting untuk motivasi bagi peserta didik. Melihat hal ini maka beberapa ahli memaknai “penghargaan” ini bervariatif sesuai dengan pengalaman dan bidang masing-masing para ahli.
Purwanto (2006) arti penghargaan adalah untuk setiap anak yang berhasil melakukan kebaikan/prestasi/keberhasilan di setiap aktifitasnya sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Setiap penghargaan yang diberikan oleh anak tidak harus berwujud materi, namun nilai-nilai moral yang bersifat positif seperti pujian dan apresiasi juga merupakan penghargaan untuk anak sehingga anak mengetahui hakikat kebaikan. Pendidikan yang dilakukan terhadap anak mencakup wilayah yang komprehensif sehingga anak merasakan kenyamanan dalam belajar secara akademik maupun memahami arti kehidupan.
`yJsù ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB >o§sŒ #\øyz ¼çnttƒ ÇÐÈ   `tBur ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB ;o§sŒ #vx© ¼çnttƒ ÇÑÈ  
Artinya: “Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang melakukan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (Q.S. al-Zalzalah: 7-8).
Maslow seperti yang dikutip oleh Maria J. Wantah menjelaskan bahwa penghargaan menjadi motor penggerak utama manusia untuk mampu melakukan sesuatu dalam rangka mengaktualisasikan diri sebagai makhluk yang sempurna. Melalui berbagai media dan proses yang ada manusia terus berusaha mencapai kesempurnaan hidup sebagai bagian dari naluri manusia. Melalui penghargaan yang positif, baik berupa materi maupun non materi, jika hal ini dilakukan secara konsisten, maka akan mamberikan kontribusi positif terhadap manusia untuk melakukan tindakan yang lebih baik dalam dirinya. Bisa dipastikan bahwa penghargaan yang positif akan mampu meningkatkan produktivitas manusia dalam berkarya, sekaligus diharapkan hal ini mampu mencegah berbagai bentuk pelanggaran yang dimungkinkan akan terjadi.5 Manusia sebagai makhluk biologis sekaligus berperasaan, ia membutuhkan banyak penghargaan untuk menguatkan dirinya dalam menjalani proses kehidupan. Manusia akan menjadi sempurna disaat ia mampu menghasilkan karya terbaiknya dan berdampingan dengan perilaku positif yang muncul dari dalam diri.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa hadiah merupakan penghargaan seperti berikut: “Sewaktu-waktu anak telah nyata budi pekerti yang baik dan perbuatan yang terpuji, maka seyogyanya ia dihargai dan dibalas dengan sesuatu yang menggembirakan dan dipuji di depan orang banyak (diberi hadiah)”
Dalam beberapa kajian yang telah dilakukan dalam lingkup pendidikan menunjukkan hasil bahwa melalui pemberian penghargaan kepada siswa dalam bentuk hadiah ternyata sangat efektif dalam meningkatkan motivasi belajar. Pemberian hadiah lebih efektif dari pada marah kepada siswa, memberikan hukuman, atau bahkan hanya membiarkan siswa disaat siswa mendapatkan prestasi. Disisi lain banyak juga yang tidak setuju dengan metode pemberian hadiah atau penghargaan yang terlalu sering. Hal ini dikarenakan mereka khawatir jika pemberian hadiah ini akan memunculkan persepsi dalam diri siswa bahwa tidak akan melakukan sesuatu jika tidak mendapatkan hadiah. Melihat dua hal berbeda ini maka hal yang tepat adalah dengan memberikan hadiah secara proporsionalitas secara wajar. Perkara yang berlebihan dalam hal apapun tentunya akan mengakibatkan hal negatif dalam diri siswa
b.      Punishment / Hukuman
Seperti yang dijelaskan oleh Amir Daien Indrakusuma bahwa hukuman diberikan kepada anak sebagai bentuk tindakan terakhir atas kesalahan yang dilakukan. Disaat anak telah diberikan peringatan sekaligus teguran yang positif, namun belum ada perubahan dalam diri anak dengan kesalahannya, maka dijatuhkanlah hukuman.
Hukuman berarti perbuatan sadar yang dilakukan oleh sang pemberi hukuman terhadap orang lain yang melakukan kesalahan. Hukuman ini bersifat positif secara lahir dan batin bagi penerima hukuman, dan ini dikarenakan penerima hukuman memiliki kondisi dibawah orang yang memberikan hukuman. Sikap memberi hukuman ini bagian dari tanggungjawab untuk mendidik orang lain yang melakukan kesalahan serta berkewajiban untuk melindunginya.13 M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa hukuman merupakan penderitaan yang harus diberikan kepada setiap orang yang telah melakukan kesalahan. Karena hukuman merupakan hal etis yang berkaitan dengan nilai dan norma sebuah tatanan pendidikan maupun kehidupan.
Al-Quran menjelaskan berkaitan dengan hukuman yang biasa disebutkan dalam berbagai bentuk uslub, seperti lafadz ‘iqab, عقاب adzab (عذاب ), rijz (رجز ). Kata adzab disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran, berikut adalah 4 contoh tentang adzab;

šcqàÿÎ=øts «!$$Î/ $tB (#qä9$s% ôs)s9ur (#qä9$s% spyJÎ=x. ̍øÿä3ø9$# (#rãxÿŸ2ur y÷èt/ ö/ÏSÏJ»n=óÎ) (#qJydur $yJÎ/ óOs9 (#qä9$oYtƒ 4 $tBur (#þqßJs)tR HwÎ) ÷br& ãNßg9uZøîr& ª!$# ¼ã&è!qßuur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 4 bÎ*sù (#qç/qçGtƒ à7tƒ #ZŽöyz öNçl°; ( bÎ)ur (#öq©9uqtGtƒ ãNåkö5Éjyèムª!$# $¹/#xtã $VJŠÏ9r& Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 $tBur öNçlm; Îû ÄßöF{$# `ÏB <cÍ<ur Ÿwur 9ŽÅÁtR ÇÐÍÈ  

Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi (Q.S. At-Taubah :74).
Dalam ilmu psikologi hukuman berarti sebuah tindakan tidak menyenangkan dalam sebuah waktu tertentu yang dilakukan secara sengaja terhadap orang lain dengan tujuan menjatuhkan keadaan positif orang lain. Banyak para ahli psikologi yang sepakat bahwa hukuman adalah perlakuan buruk yang tidak menyenangkan orang lain.
c.       Hadiah dan Hukuman dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Manusia telah lama mengenal dua istilah ini, hadiah dan hukuman. Kedua hal ini merupakan bentuk apresiasi sekaligus sanksi bagi manusia sebagai bentuk ujian dalam kehidupan, dan kedua hal ini sudah dikenal sejak masa Nabi Adam. Melalui perjalanan waktu, melintasi zaman dari berbagai generasi dan budaya, maka hadiah dan hukuman ini memiliki rupa dan bentuk serta istilah yang variatif sesuai dengan kondisi manusia itu sendiri.
Rasulullah saw. menjelaskan dalam hadistnya; “Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
hadits tersebut diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya barang siapa mengerjakan perbuatan dosa atau kesalahan maka ia akan mendapatkan balasan yang setimpal sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan. Berbagai macam bentuk ibadah seperti shalat, puasa, haji dan yang lain merupakan bentuk pendidikan bagi diri untuk senantiasa konsisten menjadi manusia berkepribadian yang sadar akan tugas dan kewajibannya.
Secara psikologis hal ini akan berdampak positif dalam diri anak. Karena anak kita kenalkan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan harus mendapatkan hukuman. Dalam pendidikan pemberian hukuman memiliki tujuan untuk memperbaiki akhlak dan perilaku anak dari negatif menuju positif. Hukuman secara umum dianggap positif dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan oleh hukuman yang mampu membuat anak yang melakukan kesalahan merasakan penyesalan dan penderitaan atas kesalahan yang dilakukan.
Ganjaran atau hadiah berupa surga yang diberikan Allah diakhirat disebabkan oleh amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia dimasa hidupnya di dunia. Rasulullah saw. memberikan contoh bahwa dengan berharap balasan yang baik dari Allah semata adalah bagian dari motivasi sebagai seorang muslim. Melihat hal ini maka dalam sistem pendidikan Islam harus menggunakan sistem pemberian hadiah atau ganjaran kepada setiap anak untuk memberikan motivasi supaya kebaikan dan prestasi yang berhasil dilakukan terulang kembali.

$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imron, :159).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan telah memuji Rasulnya, yang dikarenakan sikapnya yang lemah lembut, tidak mudah marah pada umatnya disaat mendidik serta menuntun umatnya dalam mencapai iman yang sempurna. Bayak umatnya yang melakukan kesalahan dengan melakukan ketamakan terhadap harta dan dunia, namun demikian Rasulullah saw. masih tetap bersabar dengan penuh kebesaran jiwanya terhadap umat yang sedang dipimpinnya.
Pemberian hadiah diharapkan dengan demikian anak akan memiliki kemauan dan semangat yang tinggi untuk melakukan perilaku yang lebih baik. Hal terpenting disini bukanlah karena hasil yang dicapai seseorang, melainkan dengan hasil tersebut bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak,30 ini menjadi hal penting dalam sebuah proses pendidikan. Proses merupakan inti dari capai tujuan pendidikan, tidak mungkin menjadi baik seseorang jika hasil yang dicapai ditempuh dengan sebuah proses yang buruk. Sebaliknya jika prosesnya baik, tapi jika hasilnya kurang sesuai dengan capaian, pasti diakhir nanti akan membentuk karakter seseorang untuk menjadi baik.
3.      Pembahasan
Menyadari sifat tujuan pendidikan adalah tugas kita bersama. Berbagai upaya dalam mencapai tujuan pendidikan dilakukan oleh semua pihak, mulai dari model, perangkat, pendidikan / pendidik, dan orang tua bersama. Penghargaan dan hukuman adalah bagian dari model dan strategi dalam pendidikan. Sebuah landasan dalam penerapan hadiah dan hukuman yang ditemukan dalam naluri psikis manusia akan merasakan kesenangan ketika menerima hadiah dan berduka saat menerima hukuman. Dalam Islam, ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hadiah dan hukuman, dan di Barat, ada teori psikologis yang menjelaskan pentingnya hadiah dan hukuman. Reward bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat baru bagi anak-anak sehingga pengulangan perilaku plus perilaku, sedangkan hukuman diberikan untuk memberikan efek jera kepada anak dan menyampaikan pesan kepada anak-anak lain agar tidak melakukan pelanggaran terhadap aturan.
4.      Kesimpulan dan Saran
Setiap metode pembelajaran semuanya bertujuan untuk memudahkan sebuah proses pelaksanaan pendidikan supaya tujuan pendidikan bisa tercapai dengan maksimal. Reward/penghargaan dan punishment/hukuman merupakan bagian dari metode mendidik−atau saat ini dikenal dengan istilah metode pembelajaran−para pelajar/anak supaya selama mengikuti proses belajar merasa nyaman dan mampu mencapai target yang telah ditentukan. Masing-masing ahli pendidikan memaknai reward/penghargaan dan punishment/hukuman ini berbeda-beda, namun penulis lebih sepakat pada kesimpulah bahwa intinya adalah sama.
Reward/penghargaan dan punishment/hukuman merupakan teknik untuk menyentuh sisi psikis seseorang agar ia paham jika melakukan kesalahan, akibatnya anak akan terus opitimis jika yang ia lakukan benar dan berhenti setelah melakukan kesalahan. Penulis lebih sepakat kalau metode ini dikatakan sebagai metode psikis yang esensi, karena ia berhubungan dengan naluri atau tabiat jiwa manusia. Dilihat dalam perspektif manapun maka reward/penghargaan dan punishment/hukuman akan ditemukan di dalamnya sebuah nilai motivasi dan peringatan bagi manusia untuk terus berbuat dengan maksimal. Berbuat baik akan mendapatkan penghargaan, sedangkan berbuat buruk/salah akan mendapatkan hukuman, dan ini adalah bagian dari hukum alam.























BAB III
PEMBAHASAN
A.    Relavansi antara Topik Jurnal dengan Bidang Keahlian Penulis
Sesuai dengan bidang keahlian penulis dengan topik/tema jurnal yang ia tulis, ada relvansi antara kedua topik jurnal dan bidang keahlian penulis, karena penulis akan membuat suatu karya tulis yang pada dasarnya sesuai keahlian dalam bidangnya.
B.     Pokok-Pokok Argumentasi penulis.
Penulis memulai pendahuluan dengan menjabarkan pembahasan apa tentang reward dan punishment dengan sistem pengkrucutan pembahasan, seperti, alinia pertama, kedua dan ketiga penulis masi menceritakan perkembangan pendidikan, proses pendidikan, dan pungsi manusia. Dan alinia selanjutnya penulis juga memasukkan pendapat para ahli tentang reward dan punishment. Dan diakhir-akhir ilenia penulis barulah menggunakan argumennya sendiri dalam membahasn apa itu reward dan punishment.
C.    Pemilihan Cakupan Kajian Teori
1.      Purwanto (2006)
2.      Maslow
3.      Al-Ghazali
4.      Amir Daien Indrakusuma
5.      Elizabeth B. Hurlock
6.      Emile Durkeim
7.      Asma Hasan Fahmi
D.    Kerangka Berpikir
 




                               
Keterangan:
X1       : Reward / Penghargaan
X2       : Punishment / Hukuman
Y         : Perspektif Pendidikan Islam
E.     Kajian Tentang Kesimpilan
Kesimpulan yang dijasikan oleh penulis dalam jurnal Reward dan Punishment dalam perspektif Pendidikan Islam, mengahantarkan sipembaca mengetahui lebih jelas lagi tentang reward dan punishment dalam perspektif pendidikan islam.
F.     Kritik
1.      Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami. Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasan-pembahasan berikutnya.
2.      Terdapat kata-kata yang ada titik footnotenya tetapi tidak terlihat dimana sumber kutipanya, malahan di halaman yang berbeda. Sehingga pembaca kebingungan dengan hal tersebut.
3.      Tidak mencantumkan gambar-gambar yang sebagaimana diperlukan dalam beberapa bagian pembahasan, yang bisa membantu sipembaca mudah mengetahui informasi yang terkandung didalam Jurnal.













BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      Terdapat penyelesaian secara terperinci dari permasalahan yang terjadi pada Jurnal.
2.      Terdapat penyebab permasalahan dari pembahaan yang ada didalam Jurnal.
3.      Terdapatnya istilah-istilah dalam pembahasan yang kurang dipehami oleh sipembaca.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar