Tugas
Mandiri
REVIEW
JURNAL ONLINE
REWARD
DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun
Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Mandiri Yang Diwajibkan
Dalam
Mengikuti Perkuliahan Filsafat
Pendidikan Islam
Disusun
Oleh,
DTM
AYUB AZHARI
3003183056
I
(GANJIL)
Jurusan
Pendidikan Islam (PEDI A)
Dosen
Pembimbing : Prof. Dr. Al Rasyidin, Mag
Dr. Salminawati, SS, MA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan terus terjadi seiring dengan
perkembangan peradaban manusia yang bergerak menuju lebih baik, sebuah
peradaban gemilang manusia modern. Pencapaian peradaban gemilang hanya bisa
dilakukan melalui proses pendidikan yang baik.
Proses pendidikan telah berlangsung selama manusia
itu sendiri diciptakan, mulai Adam sang bapak manusia dan Hawa sebagai ibu
manusia. Adam secara mandiri dididik langsung oleh Tuhan dengan diajarkan
kepadanya beberapa nama benda1 hingga Adam menjadi makhluk yang unggul karena
ilmu pengetahuannya. Perjalanan itu terus berlangsung hingga manusia semakin
berkembang dalam segala hal, baik pengetahuan tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis maupun pengetahuan lainnya sebagai makhluk yang dijadikan
Tuhan sebagai pemimpin di muka bumi.
Manusia memiliki dua tugas utama yaitu sebagai hamba
Allah sekaligus pemimpin dunia. Imbalan dan hukuman dimunculkan bersamaan
dengan penciptaan manusia itu sendiri.
Masing-masing budaya, baik di Timur maupun di Barat,
semuanya memiliki pola dan metode yang berbeda dalam mencapai tujuan
pendidikan. Dalam konteks Barat, Barat dikenal modern dan secara kognitif bisa
teruji, sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan kajian empiris logis.
Dalam konteks Timur, budaya Timur dikenal kearifan dan spiritualitas tinggi,
sehingga pendekatan yang dilakukan cenderung logis akhlaki. Masing-masing
memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga menjadikan Barat dan Timur sebagai
sebuah peradaban yang santun saat setiap manusia mampu menyandingkannya. Tidak
ada dikotomi ilmu dalam pendidikan, karena setiap orang berhak mengetahui
segala ilmu sebagai modal mempertahankan hidup, pengembangan diri, maupun
mengelola lingkungannya sebagai makhluk sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
REWARD
AND PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A.
Identitas
Jurnal
1. Judul : Reward and Punishment
dalam Perspektif Pendidikan Islam
2. Penulis : Wahyudi Setiwan
3. Lembaga
Penulis : Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
4. Penerbit : AL-MURABBI
5. Tahun : 2018
6. ISSN : 2406-775X
B.
Ringkasan
Jurnal
1. Pendahuluan
Di
zaman modern seperti sekarang ini proses pendidikan berlangsung sesuai dengan
kebutuhan dan budaya setiap wilayah. Hal ini dikarenakan secara administratif
manusia adalah kelompok masyarakat atau warga negara. Pelaksanaan pendidikan
adalah bagian dari proses untuk mencapai sebuah tujuan mulia yang
dicita-citakan, yaitu dengan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berakhlak
dan unggul dalam ilmu pengetahuan. Dalam proses pelaksanaan pendidikan terdapat
metode pembelajaran sebagai bentuk upaya mewujudkan atau mencapai sebuah tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan dalam sebuah visi misi. Segala potensi
pendidikan ditujukan supaya pelaksanaan pendidikan bisa berjalan dengan lancar
dan capaian pendidikan bisa terwujud dengan baik.
Masing-masing
budaya, baik di Timur maupun di Barat, semuanya memiliki pola dan metode yang
berbeda dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks Barat, Barat dikenal
modern dan secara kognitif bisa teruji, sehingga pendekatan yang digunakan
adalah dengan kajian empiris logis. Dalam konteks Timur, budaya Timur dikenal
kearifan dan spiritualitas tinggi, sehingga pendekatan yang dilakukan cenderung
logis akhlaki. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga
menjadikan Barat dan Timur sebagai sebuah peradaban yang santun saat setiap
manusia mampu menyandingkannya. Tidak ada dikotomi ilmu dalam pendidikan,
karena setiap orang berhak mengetahui segala ilmu sebagai modal mempertahankan
hidup, pengembangan diri, maupun mengelola lingkungannya sebagai makhluk
sosial.
Bentuk
dari beberapa metode pembelajaran dalam proses usaha mencapai tujuan pendidikan
adalah reward and punishment. Ada sekian banyak metode pembelajaran dalam
mencapai tujuan pendidikan, sedangkan reward and punishment merupakan bagian
dari sekian banyak metode dalam kegiatan belajar yang digunakan dalam
pendidikan formal, non formal, dan informal bersama para
siswa/mahasiswa/pembelajar. Tulisan ini mencoba menyajikan sudut pandang Islam
dan Barat dalam memandang atau menerapkan metode pembelajaran reward/penghargaan
dan punishment/hukuman tersebut. Diharapkan tulisan ini akan mampu
memberikan sudut pandang yang komprehensif atas metode reward and punishment
sebagai bentuk kontribusi terhadap pelaksanaan pendidikan yang maksimal.
2. Kajian
Teori
a. Reward
/ Penghargaan
Penghargaan
dalam proses pelaksanaan pendidikan sebagai bentuk bagian dari metode
pembelajaran merupakan bagian terpenting untuk motivasi bagi peserta didik.
Melihat
hal ini maka beberapa ahli memaknai “penghargaan” ini bervariatif sesuai dengan
pengalaman dan bidang masing-masing para ahli.
Purwanto
(2006) arti penghargaan adalah untuk setiap anak yang berhasil melakukan
kebaikan/prestasi/keberhasilan di setiap aktifitasnya sehari-hari, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Setiap penghargaan yang
diberikan oleh anak tidak harus berwujud materi, namun nilai-nilai moral yang
bersifat positif seperti pujian dan apresiasi juga merupakan penghargaan untuk
anak sehingga anak mengetahui hakikat kebaikan. Pendidikan yang dilakukan
terhadap anak mencakup wilayah yang komprehensif sehingga anak merasakan
kenyamanan dalam belajar secara akademik maupun memahami arti kehidupan.
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt ÇÑÈ
Artinya: “Barang siapa yang melakukan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang
siapa yang melakukan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
balasannya.” (Q.S. al-Zalzalah: 7-8).
Maslow
seperti yang dikutip oleh Maria J. Wantah menjelaskan bahwa penghargaan menjadi
motor penggerak utama manusia untuk mampu melakukan sesuatu dalam rangka
mengaktualisasikan diri sebagai makhluk yang sempurna. Melalui berbagai media
dan proses yang ada manusia terus berusaha mencapai kesempurnaan hidup sebagai
bagian dari naluri manusia. Melalui penghargaan yang positif, baik berupa
materi maupun non materi, jika hal ini dilakukan secara konsisten, maka akan
mamberikan kontribusi positif terhadap manusia untuk melakukan tindakan yang
lebih baik dalam dirinya. Bisa dipastikan bahwa penghargaan yang positif akan
mampu meningkatkan produktivitas manusia dalam berkarya, sekaligus diharapkan
hal ini mampu mencegah berbagai bentuk pelanggaran yang dimungkinkan akan
terjadi.5 Manusia sebagai makhluk biologis sekaligus berperasaan, ia
membutuhkan banyak penghargaan untuk menguatkan dirinya dalam menjalani proses
kehidupan. Manusia akan menjadi sempurna disaat ia mampu menghasilkan karya
terbaiknya dan berdampingan
dengan perilaku positif yang muncul dari dalam diri.
Al-Ghazali
menjelaskan bahwa hadiah merupakan penghargaan seperti berikut: “Sewaktu-waktu
anak telah nyata budi pekerti yang baik dan perbuatan yang terpuji, maka
seyogyanya ia dihargai dan dibalas dengan sesuatu yang menggembirakan dan
dipuji di depan orang banyak (diberi hadiah)”
Dalam
beberapa kajian yang telah dilakukan dalam lingkup pendidikan menunjukkan hasil
bahwa melalui pemberian penghargaan kepada siswa dalam bentuk hadiah ternyata
sangat efektif dalam meningkatkan motivasi belajar. Pemberian hadiah lebih
efektif dari pada marah kepada siswa, memberikan hukuman, atau bahkan hanya
membiarkan siswa disaat siswa mendapatkan prestasi. Disisi lain banyak juga
yang tidak setuju dengan metode pemberian hadiah atau penghargaan yang terlalu
sering. Hal ini dikarenakan mereka khawatir jika pemberian hadiah ini akan
memunculkan persepsi dalam diri siswa bahwa tidak akan melakukan sesuatu jika
tidak mendapatkan hadiah. Melihat dua hal berbeda ini maka hal yang tepat
adalah dengan memberikan hadiah secara proporsionalitas secara wajar. Perkara
yang berlebihan dalam hal apapun tentunya akan mengakibatkan hal negatif dalam
diri siswa
b. Punishment
/ Hukuman
Seperti
yang dijelaskan oleh Amir Daien Indrakusuma bahwa hukuman diberikan kepada anak
sebagai bentuk tindakan terakhir atas kesalahan yang dilakukan. Disaat anak
telah diberikan peringatan sekaligus teguran yang positif, namun belum ada
perubahan dalam diri anak dengan kesalahannya, maka dijatuhkanlah hukuman.
Hukuman berarti perbuatan sadar yang
dilakukan oleh sang pemberi hukuman terhadap orang lain yang melakukan
kesalahan. Hukuman ini bersifat positif secara lahir dan batin bagi penerima
hukuman, dan ini dikarenakan penerima hukuman memiliki kondisi dibawah orang
yang memberikan hukuman. Sikap memberi hukuman ini bagian dari tanggungjawab
untuk mendidik orang lain yang melakukan kesalahan serta berkewajiban untuk
melindunginya.13 M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa
hukuman merupakan penderitaan yang harus diberikan kepada setiap orang yang
telah melakukan kesalahan. Karena hukuman merupakan hal etis yang berkaitan
dengan nilai dan norma sebuah tatanan pendidikan maupun kehidupan.
Al-Quran menjelaskan berkaitan dengan
hukuman yang biasa disebutkan dalam berbagai bentuk uslub, seperti
lafadz ‘iqab, عقاب
adzab (عذاب
), rijz
(رجز ).
Kata adzab disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran, berikut adalah
4 contoh tentang adzab;
cqàÿÎ=øts «!$$Î/ $tB (#qä9$s% ôs)s9ur (#qä9$s% spyJÎ=x. Ìøÿä3ø9$# (#rãxÿ2ur y÷èt/ ö/ÏSÏJ»n=óÎ) (#qJydur $yJÎ/ óOs9 (#qä9$oYt 4 $tBur (#þqßJs)tR HwÎ) ÷br& ãNßg9uZøîr& ª!$# ¼ã&è!qßuur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 4 bÎ*sù (#qç/qçGt à7t #Zöyz öNçl°; ( bÎ)ur (#öq©9uqtGt ãNåkö5Éjyèã ª!$# $¹/#xtã $VJÏ9r& Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 $tBur öNçlm; Îû ÄßöF{$# `ÏB <cÍ<ur wur 9ÅÁtR ÇÐÍÈ
Mereka (orang-orang
munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan
(sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan
kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka
tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya),
kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.
Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka
berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia
dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak
(pula) penolong di muka bumi (Q.S. At-Taubah :74).
Dalam
ilmu psikologi hukuman berarti sebuah tindakan tidak menyenangkan dalam sebuah
waktu tertentu yang dilakukan secara sengaja terhadap orang lain dengan tujuan
menjatuhkan keadaan positif orang lain. Banyak para ahli psikologi yang sepakat
bahwa hukuman adalah perlakuan buruk yang tidak menyenangkan orang lain.
c. Hadiah
dan Hukuman dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Manusia
telah lama mengenal dua istilah ini, hadiah dan hukuman. Kedua hal ini
merupakan bentuk apresiasi sekaligus sanksi bagi manusia sebagai bentuk ujian
dalam kehidupan, dan kedua hal ini sudah dikenal sejak masa Nabi Adam. Melalui
perjalanan waktu, melintasi zaman dari berbagai generasi dan budaya, maka
hadiah dan hukuman ini memiliki rupa dan bentuk serta istilah yang variatif
sesuai dengan kondisi manusia itu sendiri.
Rasulullah
saw. menjelaskan dalam hadistnya; “Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari
kakeknya bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan
shalat sejak mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka jika melalaikannya
ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR.
Abu Daud)
hadits
tersebut diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya barang siapa mengerjakan
perbuatan dosa atau kesalahan maka ia akan mendapatkan balasan yang setimpal
sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan. Berbagai macam bentuk ibadah
seperti shalat, puasa, haji dan yang lain merupakan bentuk pendidikan bagi diri
untuk senantiasa konsisten menjadi manusia berkepribadian yang sadar akan tugas
dan kewajibannya.
Secara
psikologis hal ini akan berdampak positif dalam diri anak. Karena anak kita
kenalkan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan harus mendapatkan hukuman. Dalam
pendidikan pemberian hukuman memiliki tujuan untuk memperbaiki akhlak dan
perilaku anak dari negatif menuju positif. Hukuman secara umum dianggap positif
dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan oleh hukuman yang mampu membuat
anak yang melakukan kesalahan merasakan penyesalan dan penderitaan atas
kesalahan yang dilakukan.
Ganjaran
atau hadiah berupa surga yang diberikan Allah diakhirat disebabkan oleh amal
kebaikan yang dilakukan oleh manusia dimasa hidupnya di dunia. Rasulullah saw.
memberikan contoh bahwa dengan berharap balasan yang baik dari Allah semata
adalah bagian dari motivasi sebagai seorang muslim. Melihat hal ini maka dalam
sistem pendidikan Islam harus menggunakan sistem pemberian hadiah atau ganjaran
kepada setiap anak untuk memberikan motivasi supaya kebaikan dan prestasi yang
berhasil dilakukan terulang kembali.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imron, :159).
Dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan telah memuji Rasulnya, yang dikarenakan
sikapnya yang lemah lembut, tidak mudah marah pada umatnya disaat mendidik
serta menuntun umatnya dalam mencapai iman yang sempurna. Bayak umatnya yang
melakukan kesalahan dengan melakukan ketamakan terhadap harta dan dunia, namun
demikian Rasulullah saw. masih tetap bersabar dengan penuh kebesaran jiwanya
terhadap umat yang sedang dipimpinnya.
Pemberian
hadiah diharapkan dengan demikian anak akan memiliki kemauan dan semangat yang
tinggi untuk melakukan perilaku yang lebih baik. Hal terpenting disini bukanlah
karena hasil yang dicapai seseorang, melainkan dengan hasil tersebut bertujuan
membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak,30
ini menjadi hal penting dalam sebuah proses pendidikan. Proses merupakan inti
dari capai tujuan pendidikan, tidak mungkin menjadi baik seseorang jika hasil
yang dicapai ditempuh dengan sebuah proses yang buruk. Sebaliknya jika
prosesnya baik, tapi jika hasilnya kurang sesuai dengan capaian, pasti diakhir
nanti akan membentuk karakter seseorang untuk menjadi baik.
3. Pembahasan
Menyadari sifat tujuan pendidikan adalah
tugas kita bersama. Berbagai upaya dalam mencapai tujuan pendidikan dilakukan
oleh semua pihak, mulai dari model, perangkat, pendidikan / pendidik, dan orang
tua bersama. Penghargaan dan hukuman adalah bagian dari model dan strategi
dalam pendidikan. Sebuah landasan dalam penerapan hadiah dan hukuman yang
ditemukan dalam naluri psikis manusia akan merasakan kesenangan ketika menerima
hadiah dan berduka saat menerima hukuman. Dalam Islam, ada beberapa ayat
Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hadiah dan hukuman, dan di Barat, ada teori
psikologis yang menjelaskan pentingnya hadiah dan hukuman. Reward bertujuan
untuk memberikan motivasi dan semangat baru bagi anak-anak sehingga pengulangan
perilaku plus perilaku, sedangkan hukuman diberikan untuk memberikan efek jera
kepada anak dan menyampaikan pesan kepada anak-anak lain agar tidak melakukan
pelanggaran terhadap aturan.
4. Kesimpulan dan Saran
Setiap
metode pembelajaran semuanya bertujuan untuk memudahkan sebuah proses
pelaksanaan pendidikan supaya tujuan pendidikan bisa tercapai dengan maksimal. Reward/penghargaan
dan punishment/hukuman merupakan bagian dari metode mendidik−atau saat
ini dikenal dengan istilah metode pembelajaran−para pelajar/anak supaya selama
mengikuti proses belajar merasa nyaman dan mampu mencapai target yang telah
ditentukan. Masing-masing ahli pendidikan memaknai reward/penghargaan
dan punishment/hukuman ini berbeda-beda, namun penulis lebih sepakat
pada kesimpulah bahwa intinya adalah sama.
Reward/penghargaan
dan punishment/hukuman merupakan teknik untuk menyentuh sisi psikis
seseorang agar ia paham jika melakukan kesalahan, akibatnya anak akan terus
opitimis jika yang ia lakukan benar dan berhenti setelah melakukan kesalahan.
Penulis lebih sepakat kalau metode ini dikatakan sebagai metode psikis yang
esensi, karena ia berhubungan dengan naluri atau tabiat jiwa manusia. Dilihat
dalam perspektif manapun maka reward/penghargaan dan punishment/hukuman
akan ditemukan di dalamnya sebuah nilai motivasi dan peringatan bagi manusia
untuk terus berbuat dengan maksimal. Berbuat baik akan mendapatkan penghargaan,
sedangkan berbuat buruk/salah akan mendapatkan hukuman, dan ini adalah bagian
dari hukum alam.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Relavansi antara Topik Jurnal
dengan Bidang Keahlian Penulis
Sesuai
dengan bidang keahlian penulis dengan topik/tema jurnal yang ia tulis, ada
relvansi antara kedua topik jurnal dan bidang keahlian penulis, karena penulis
akan membuat suatu karya tulis yang pada dasarnya sesuai keahlian dalam
bidangnya.
B.
Pokok-Pokok
Argumentasi penulis.
Penulis
memulai pendahuluan dengan menjabarkan pembahasan apa tentang reward dan
punishment dengan sistem pengkrucutan pembahasan, seperti, alinia pertama,
kedua dan ketiga penulis masi menceritakan perkembangan pendidikan, proses
pendidikan, dan pungsi manusia. Dan alinia selanjutnya penulis juga memasukkan
pendapat para ahli tentang reward dan punishment. Dan diakhir-akhir ilenia
penulis barulah menggunakan argumennya sendiri dalam membahasn apa itu reward
dan punishment.
C.
Pemilihan
Cakupan Kajian Teori
1. Purwanto (2006)
2. Maslow
3. Al-Ghazali
4. Amir Daien Indrakusuma
5. Elizabeth B. Hurlock
6. Emile Durkeim
7. Asma Hasan Fahmi
D.
Kerangka Berpikir
![]() |
Keterangan:
X1 :
Reward / Penghargaan
X2 :
Punishment / Hukuman
Y :
Perspektif Pendidikan Islam
E.
Kajian
Tentang Kesimpilan
Kesimpulan
yang dijasikan oleh penulis dalam jurnal Reward dan Punishment dalam perspektif
Pendidikan Islam, mengahantarkan sipembaca mengetahui lebih jelas lagi tentang
reward dan punishment dalam perspektif pendidikan islam.
F. Kritik
1. Terkadang
ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami. Pengulangan
informasi sering kali terjadi pada pembahasan-pembahasan berikutnya.
2. Terdapat
kata-kata yang ada titik footnotenya tetapi tidak terlihat dimana sumber
kutipanya, malahan di halaman yang berbeda. Sehingga pembaca kebingungan dengan
hal tersebut.
3. Tidak
mencantumkan gambar-gambar yang sebagaimana diperlukan dalam beberapa bagian
pembahasan, yang bisa membantu sipembaca mudah mengetahui informasi yang
terkandung didalam Jurnal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terdapat
penyelesaian secara terperinci dari permasalahan yang terjadi pada Jurnal.
2. Terdapat
penyebab permasalahan dari pembahaan yang ada didalam Jurnal.
3. Terdapatnya
istilah-istilah dalam pembahasan yang kurang dipehami oleh sipembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar