Rabu, 05 Desember 2018

PENELITIAN NONEKSPERIMENTAL (DESKRIPTIF DAN KAUSAL KOMPARATIF), CORRELATIONAL DESIGN, DAN EKSPERIMENTAL RESEARCH DESIGN


            PENELITIAN NONEKSPERIMENTAL (DESKRIPTIF DAN KAUSAL KOMPARATIF), CORRELATIONAL DESIGN, DAN EKSPERIMENTAL RESEARCH DESIGN
A.    Pengertian Eksperimental.
Eksperimental adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengaliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.[1]
            Contoh:
            Seorang guru ingin memperbaiki cara mengajar. Maka faktor-faktor lain seperti materi, lingkungan, buku, dan sebagainya tidak diubah, tetapi tetap sediakala, dan hanya metode dan cara mengajarlah yang diubah. Dalam hal ini, guru dengan sengaja mengajar dengan metode tertentu secara sempurna dalam suatu periode tertentu, kemudian setelah selesai hasilnya dinilai. Peneliti mengamati akibat perubahan metode mengajar. Eksperimen tentang buku juga baik dilakukan, misalnya kelas tertentu diberikan buku model I, kelas yang lain buku model II. Hasil atau prestasi siswa dibandingkan.[2]
     Secara ilmiah metodologis, ada tiga cara menyisihkan faktor-faktor non-eksperimental:
a.       Disisihkan secara fisik dalam bentuk percobaan-percobaan di laboratorium.
Yang dimaksud dengan laboratorium dalam pengertian ini bukannya hanya laboratorium fisika, kimia atau biologi yang merupakan tempat percoban terhadap benda-benda saja, tetapi juga laboratorium untuk ilmu-ilmu sosial. Seorang anak dimasukkan kedalam ruangan coba yang dikelilingi kaca diberi bermacam-macam mainan, diamati bagaimana reaksi anak tersebut. Dalam hal ini akan dijadikan subjek eksperimen dengan cara diisolasikan.[3]



b.      Disisihkan secara selektif
Dalam eksperimen jelas kedua ini faktor-faktor yang lain tetap ada, dan tetap berperan, tetapi kerjanya diawasi, diikuti, dipantau pengaruhnya. Contoh dalam eksperimen ini misalnya dalam penerapan dua jenis metode mengajar, yakni metode diskusi dan tanya jawab. Selama menggunakan metode ini faktor guru, alat pelajaran, jenis mata pelajaran siswa, tidak perlu disamakan tetapi penambahan, pengurangan atau perubahan faktor-faktor tersebut tetap diamati.
c.       Disisihkan dengan manipulasi statistik
Yaitu memilih data yang berhubungan dengan faktor yang dikehendaki saja. Contohnya, seorang guru meminjamkan buku paket kepada siswa kela V A, tetapi tidak pada kelas V. Sesudah berlangsung satu tahun peneliti mengadakan analisa data. Karena peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh peminjaman buku paket bagi anak-anak petani saja baik VA maupun VB, maka yang diambil datanya hanya yang perlu diperlakukan. Yang lain tidak diolah.
     Apabila satu dan lain faktor yang dipandang sebagai dua hal yang berlawanan, maka nomor 1 merupakan penelitian non-eksperimen, sedangkan yang ke -2 penelitian eksperimen. Jenis pertama mencoba menemukan suatu kebaikan dengan mempelajari apa yang ada sedangkan jenis kedua dengan mempelajar sesuatu yang diadakan.[4]
     Menurut, Prof. Dr. Sugiono,.2015, Metode eksperiment termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Penelitian eksperimen dilakukan di laboratorium sedangkan penelitian naturalistik/kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian eksperimen tidak ada perlakuan. Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif.
     Pada bagian berikut akan dikemukakan  khusus tentang metode eksperimen, karena metode ini sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrolnya.

B.     Deskriptif (descriptive research)

1.      Pengertian
Penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan inplikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif, Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberi arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survai.[5]
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya.
Dari uraian-uraian singkat diatas jelas bahwa metode deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektidf mengenal gejala-gejala yang terdapat didalam masalah penelitian.[6]
2.      Tujuan
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dan daerah tertentu.[7]
3.      Contoh
Beberapa contoh penelitian macam ini adalah:
a.       Suvai mengenai pendapat umum untuk menilai sikap para pemilih terhadap rencana perubahan tahun pelajaran.
b.      Suvai dalam suatu daerah mengenai kebutuhan akan pendidikan keterampilan.
c.       Studi mengenai kebutuhan tenaga kerja akademik pada suatu kurun waktu tertentu.
d.      Peneliti mengenai taraf serap pelajar-pelajar SMA.[8]

C.    Kausal-Komparatif (causal- comparative research)

1.      Tujuan
Tujuan penelitian kausal-komparatif adalalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara: berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan data pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.[9]


2.      Contoh-contoh
a.       Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri yang pribadi yang gampang dan tidak gampang mendapat keselakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan-catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
b.      Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang dikumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
c.       Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.[10]

3.      Ciri-ciri pokok
Penelitian kausal-komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setalah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu lebih akibat (sebagai “dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.[11]

 Keunggulan-keunggulan
a.       Metode kausal-komperatif adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak dapat digunakan:
1)      Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, da memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung.
2)      Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain cariabel yang berpengaruh.
3)      Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
b.      Studi kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dengan sejenis itu.
c.       Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.[12]
Kelemahan-kelemahan
a.       Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesi saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulan terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
b.      Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
c.       Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
d.      Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
e.       Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
f.       Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungantidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
g.      Menggolong-golongkan subjek kedalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena katagori-katagorinsemacam itu sifatny kabur, bervariasi, dan tak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
h.      Studi kompratif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal yang dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.[13]

D.    Correlation Design

1.      Pengertian
Penelitian korelasional adalah menggambarkan suatu pendekatan umum untuk peneliti yang berpokus pada penaksiran pada koveriasi diantara variabel yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional adlah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan, seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial secara tepat.[14]



2.      Tujuan
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefesien korelasi.[15]

3.      Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu (a) korelasi bivariet, (b) regresi dan prediksi, (c) regresi jamak, (d) analisis faktor, dan (e) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
a.       Korelasi Bivariet
Rancangan penelitian korelasi bivariet adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunya tingkatan dan arah.
Tingkat dan hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam dalam angka antara -1 dan +1, yang dinamakan  koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengidentifikasikan tidak ada hubungan. Koefesien korelasi bergerak kearah -1 dan +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semangkin tinggi skor pada suatu vriabel, semangkin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semangkin tinggi skor pada suatu variabel, semakin semangkin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.[16]

b.      Regresi dan prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahu skor stres kita, kita dapat memprediksi skor stres kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.[17]

c.       Regresi jamak (Multiple Regresision)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variable kriteria (criterion variabel). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut variable prediktor (pridictor variabel).
Jika saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga mengetahui skor prilaku kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini (baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian, terdapat tiga prediktor, stres, prilaku kesehatan, yaitu kesehatan dimasa akan datang.[18]

d.      Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasikan pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emoso, mental, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang amarah, cemas, depresi, dan seterusnya. Atau pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antra pertanyaan yang berhubungan dengan marah, cemas, depresi dan seterusnya.[19]

e.       Rancangan Korelasional yang Dugunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab akibat menggunakan metode korelasi. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cros-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah yang menghubungkan suatu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Analisis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologis, jalur utama yang berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui prilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres mempengaruhi faktor-faktor psikologis seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahaw kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kitakurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya.Penelitian memperlihatkan bahwa terhadap hubungan yang lebih kuat antara stres, prilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasional untuk menggambarkan kesimpulan ini.[20]

f.       Analisis Sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamika, seperti perubahan sepanjan waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap informasi siswa, usaha pengajaran, dan performansi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.[21]

E.     Eksperimental Research Design
Validitas eksperimen merupakan fungsi langsung dari tingkatan untuk mana variabel ekstraneus dikontrol. Apabila variabel tersebut tidak dikontrol, sulit untuk dievalusai efek variabel bebas dan generalisabilitas. Istilah percampuradukan (confounding) kadang-kadang digunakan untuk mengacu pada fakta bahwa efek variabel bebas mungkin dicampuri oleh variabel ekstraneus demikian yang sulit untuk menentukan setiap efeknya. Inilah yang dikontrol oleh desain penelitian eksperimental, yaitu mengontrol semua variabel luar (extraneous variable); desain yang banyak mengontrol banyak sumber ketidak validan; desain yang jelek hanya mengontrol sebagian.[22]


1.      Pengontrolan Variabel Luar (Control of Extraneous Variables)
Randomisasi merupakan cara tunggal supaya mengontrol banyak variabel eksraneous pada waktu yang sama. Impliksi logis pernyataan di atas adalah bahwa rndomisasi harus digunakan sedapat mungkin, subjek sedapat mungkin harus dipilih secara random dari suatu populasi, perlakukan sedapat mungkin harus diperuntukkan kepada kelompok secara rendom, dan segala sesuatu yang dapat anda pikirkan, sedapat mungkin harus diperuntukkan secara rendom.[23]

2.      Pemadanan (Matching)
Pemadanan adalah suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel yang telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada variabel terkait. Suatu pendekatan yang lebih memuaskan adalah pembentukan sub-subkelompok yng mewakili semua tingkatan variabel kontrol. Jika peneliti tidak hanya tertarik untuk mengontrol variabel, tetapi juga dalam melihat apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara berbeda pada tingkat yang berbeda terhadap variabel kontrol, pendekatan yang paling baik adalah memasukkan variabel kontrol kedalam desain dan menganalisis hasilnya dengan teknik statistik yang disebut analisis varian faktorial.[24]

3.      Penggunaan subjek sebagai Pengendalian Diri Mereka Sendiri
Penggunaan subjek sebagai pengontrol diri mereka sendiri melibatkan pemajanan (expasing) kelompok yang sama pada perlakuan-perlakuan yang berbeda, satu perlakuan pada suatu waktu. Ini akan membuat mengontrol perbedaan subjek karea subjek yang sama menerima kedua perlakuan.
Suatu masalah dengan pendeikatan ini dalam studi yang sama merupakan efek lanjutan dari perlakuan terhadap berikutnya. Jika hanya satu kelompok yang tersedia, pendekatan yang lebih baik, jika memungkinkan, adalah membagi kelomok kedalam dua kelompok yang lebih kecil.[25]


4.      Analisis Kovarian
Analisis kovarian adalah suatu metode statistik untuk penyamaan kelompok yang dibentuk secra rendom pada satun atau lebih variabel kontrol. Dalam arti, analisis kovarian mengatur skor pada suatu variabel terikat untuk perbedaan awal pada beberapa variabel lain, seperti sebgai skor prates, IQ, kesiapan membaca, bakat musik. Dalam contoh yang diberikan sebelumnya, untuk studi membandingkan keefektifan dua metode kelompok belajar, peneliti dapat menghitung kovariansi pada IQ kemudian menyamakan skor pada pengukuran hasil belajar dalam prksi.[26]

Terdapat beberapa bentuk desaineksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, Yaitu: Pre-Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Design, dan Quasi Eksperimental Design,



 Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 1.1
 















Gambar 1.1. Macam-macam Metode eksperimen

1.      Pre-Experimental Designs (Nondesigns)
Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupkan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan vriabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara rendom.[27]



2.      True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa sempel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara rendom dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya adanya kelompok kontrol dan sample dipilih secara rendom.[28]

3.      Factorial Desigh
Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (vaiabel dependen). Paradigma desain faktorial dapat digambarkan 1.2 seperti berikut:
Text Box: R O1 X Y1 O2
R O3  Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7  Y2  O8
 





Gambar 1.2. Paradigma Desain Faktorial

    Pada desain ini semua kelompok dipelih secara rendom, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel moderatornya dalah Y1 dan Y2.[29]

4.      Quasi Experimental Design
Bentuk desian eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk menontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk peneliti.
            Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawan untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Eksperimental[30].



[1] Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendektan Praktik, Jakarta:PT RINEKA CIPTA, hal. 3
[2] Ibid., hal. 3
[3] Ibid., hal. 4
[4] Ibid., hal. 4
[5] Sumadi Suryabata(B.A.,Drs.,M.A.,Ed.S.,Ph.D.), 1995,Metodologi Penelitian: PT RajaGrafindo Persada, hal. 19
[6] H.Hadari Nawasi, 1996, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Presh,hal. 73-74
[7] Ibid,. hal. 18
[8] Ibid,. hal. 18
[9] Ibid,. hal. 26
[10] Ibid,. hal. 26
[11] Ibid,. hal. 27
[12] Ibid,. hal. 27
[13] Ibid,. hal 29
[14] Emzir,2012, Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,.hal.37
[15] Sumardi Suryabrata, 1995, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT RajaGrafika Persada,hal. 24
[16] Ibid,. hal. 48
[17] Ibid,. hal. 49
[18] Ibid,. hal. 49
[19] Ibid,. hal. 50
[20] Ibid,. hal. 50
[21] Ibid,. hal. 51
[22] Ibid,. hal. 86
[23] Ibid,. hal. 87
[24] Ibid,. hal. 90
[25] Ibid,. hal. 91
[26] Ibid,. hal. 92
[27] Sugiono,2015, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods, Bandung:Alfabeta, hal. 111
[28] Ibid,.hal. 113
[29] Ibid,. hal. 114
[30] Ibid,. hal. 116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar