PENELITIAN NONEKSPERIMENTAL
(DESKRIPTIF DAN KAUSAL KOMPARATIF), CORRELATIONAL DESIGN, DAN EKSPERIMENTAL
RESEARCH DESIGN
A.
Pengertian
Eksperimental.
Eksperimental
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengaliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen
selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.[1]
Contoh:
Seorang guru ingin memperbaiki cara
mengajar. Maka faktor-faktor lain seperti materi, lingkungan, buku, dan
sebagainya tidak diubah, tetapi tetap sediakala, dan hanya metode dan cara
mengajarlah yang diubah. Dalam hal ini, guru dengan sengaja mengajar dengan
metode tertentu secara sempurna dalam suatu periode tertentu, kemudian setelah
selesai hasilnya dinilai. Peneliti mengamati akibat perubahan metode mengajar.
Eksperimen tentang buku juga baik dilakukan, misalnya kelas tertentu diberikan
buku model I, kelas yang lain buku model II. Hasil atau prestasi siswa
dibandingkan.[2]
Secara ilmiah metodologis, ada tiga cara
menyisihkan faktor-faktor non-eksperimental:
a. Disisihkan
secara fisik dalam bentuk percobaan-percobaan di laboratorium.
Yang dimaksud dengan
laboratorium dalam pengertian ini bukannya hanya laboratorium fisika, kimia
atau biologi yang merupakan tempat percoban terhadap benda-benda saja, tetapi
juga laboratorium untuk ilmu-ilmu sosial. Seorang anak dimasukkan kedalam
ruangan coba yang dikelilingi kaca diberi bermacam-macam mainan, diamati
bagaimana reaksi anak tersebut. Dalam hal ini akan dijadikan subjek eksperimen
dengan cara diisolasikan.[3]
b. Disisihkan
secara selektif
Dalam eksperimen jelas
kedua ini faktor-faktor yang lain tetap ada, dan tetap berperan, tetapi
kerjanya diawasi, diikuti, dipantau pengaruhnya. Contoh dalam eksperimen ini
misalnya dalam penerapan dua jenis metode mengajar, yakni metode diskusi dan
tanya jawab. Selama menggunakan metode ini faktor guru, alat pelajaran, jenis
mata pelajaran siswa, tidak perlu disamakan tetapi penambahan, pengurangan atau
perubahan faktor-faktor tersebut tetap diamati.
c. Disisihkan
dengan manipulasi statistik
Yaitu memilih data yang
berhubungan dengan faktor yang dikehendaki saja. Contohnya, seorang guru
meminjamkan buku paket kepada siswa kela V A, tetapi tidak pada kelas V.
Sesudah berlangsung satu tahun peneliti mengadakan analisa data. Karena
peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh peminjaman buku paket bagi anak-anak
petani saja baik VA maupun VB, maka yang diambil datanya hanya yang perlu
diperlakukan. Yang lain tidak diolah.
Apabila satu dan lain faktor yang dipandang
sebagai dua hal yang berlawanan, maka nomor 1 merupakan penelitian
non-eksperimen, sedangkan yang ke -2 penelitian eksperimen. Jenis pertama
mencoba menemukan suatu kebaikan dengan mempelajari apa yang ada sedangkan
jenis kedua dengan mempelajar sesuatu yang diadakan.[4]
Menurut, Prof. Dr. Sugiono,.2015, Metode
eksperiment termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Penelitian eksperimen
dilakukan di laboratorium sedangkan penelitian naturalistik/kualitatif
dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian eksperimen tidak ada
perlakuan. Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Metode penelitian eksperimen
adalah metode penelitian kuantitatif.
Pada bagian berikut akan dikemukakan khusus tentang metode eksperimen, karena
metode ini sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas
tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrolnya.
B.
Deskriptif
(descriptive research)
1. Pengertian
Penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar
dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan
inplikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut
dapat mencakup juga metode-metode deskriptif, Tetapi para ahli dalam bidang
penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif
itu. Sementara ahli memberi arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan
mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan
penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah
penelitian survai.[5]
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan
fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya.
Dari uraian-uraian singkat diatas jelas bahwa metode
deskriptif bertugas untuk melakukan representasi objektidf mengenal
gejala-gejala yang terdapat didalam masalah penelitian.[6]
2. Tujuan
Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dan daerah
tertentu.[7]
3. Contoh
Beberapa contoh
penelitian macam ini adalah:
a. Suvai
mengenai pendapat umum untuk menilai sikap para pemilih terhadap rencana
perubahan tahun pelajaran.
b. Suvai
dalam suatu daerah mengenai kebutuhan akan pendidikan keterampilan.
c. Studi
mengenai kebutuhan tenaga kerja akademik pada suatu kurun waktu tertentu.
d. Peneliti
mengenai taraf serap pelajar-pelajar SMA.[8]
C.
Kausal-Komparatif
(causal- comparative research)
1. Tujuan
Tujuan
penelitian kausal-komparatif adalalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara: berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada
mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal
ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan data pada waktu
kini dalam kondisi yang dikontrol.[9]
2. Contoh-contoh
a. Penelitian
mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri yang pribadi yang gampang dan
tidak gampang mendapat keselakaan dengan menggunakan data yang berwujud
catatan-catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
b. Mencari
pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedan umur pada
waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah
laku dan skor test prestasi belajar yang dikumpul sampai anak-anak yang
bersangkutan kelas VI SD.
c. Penelitian
untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang
berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.[10]
3. Ciri-ciri
pokok
Penelitian
kausal-komparatif bersifat ex post facto,
artinya data dikumpulkan setalah semua kejadian yang dipersoalkan
berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu lebih akibat (sebagai “dependent
variables”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk
mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.[11]
Keunggulan-keunggulan
a. Metode
kausal-komperatif adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih
kuat, yaitu eksperimental, tak dapat digunakan:
1) Apabila
tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, da memanipulasikan faktor-faktor
yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung.
2) Apabila
pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak
realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain
cariabel yang berpengaruh.
3) Apabila
kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis,
terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
b. Studi
kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai
sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi
apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dengan sejenis itu.
c. Perbaikan-perbaikan
dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat
dipertanggungjawabkan.[12]
Kelemahan-kelemahan
a. Kelemahan
utama setiap rancangan ex post facto
adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas
pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang
dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau
memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang
dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus
mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesi saingan
yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai.
Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulan terhadap
alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
b. Adalah
sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan
telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
c. Kenyataan
bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan
interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek
yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
d. Suatu
gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi
dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain
sebab pada kejadian lain.
e. Apabila
saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk
menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
f. Kenyataan
bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungantidaklah mesti memberi
implikasi adanya hubungan sebab akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena
faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau
tidak terobservasi.
g. Menggolong-golongkan
subjek kedalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh)
untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena
katagori-katagorinsemacam itu sifatny kabur, bervariasi, dan tak mantap.
Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang
berguna.
h. Studi
kompratif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara
terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam
berbagai hal kecuali dalam hal yang dihadapkannya kepada variabel bebas adalah
sangat sukar.[13]
D.
Correlation
Design
1. Pengertian
Penelitian
korelasional adalah menggambarkan suatu pendekatan umum untuk peneliti yang
berpokus pada penaksiran pada koveriasi diantara variabel yang muncul secara
alami. Tujuan penelitian korelasional adlah untuk mengidentifikasi hubungan
prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih
canggih. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk
pengambilan keputusan, seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial
secara tepat.[14]
2. Tujuan
Tujuan
penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor
lain berdasarkan pada koefesien korelasi.[15]
3. Rancangan
Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan, yaitu (a) korelasi bivariet,
(b) regresi dan prediksi, (c) regresi jamak, (d) analisis faktor, dan (e)
rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
a. Korelasi
Bivariet
Rancangan
penelitian korelasi bivariet adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunya tingkatan dan arah.
Tingkat
dan hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam dalam
angka antara -1 dan +1, yang dinamakan
koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengidentifikasikan tidak ada
hubungan. Koefesien korelasi bergerak kearah -1 dan +1, merupakan korelasi
sempurna pada kedua ekstrem.
Arah
hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti
bahwa semangkin tinggi skor pada suatu vriabel, semangkin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semangkin
tinggi skor pada suatu variabel, semakin semangkin tinggi pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya.[16]
b. Regresi
dan prediksi
Jika
terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh,
terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahu skor stres
kita, kita dapat memprediksi skor stres kita, kita dapat memprediksikan skor
kesehatan kita dimasa yang akan datang.[17]
c. Regresi
jamak (Multiple Regresision)
Regresi
jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak
kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variable kriteria (criterion
variabel). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel
yang sudah diketahui, disebut variable prediktor (pridictor variabel).
Jika
saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga mengetahui skor prilaku
kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri sendiri) dan bagaimana
kesehatan saya selama ini (baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan
lebih dapat memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian,
terdapat tiga prediktor, stres, prilaku kesehatan, yaitu kesehatan dimasa akan
datang.[18]
d. Analisis
faktor
Prosedur
statistik ini mengidentifikasikan pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai
contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emoso,
mental, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada kita suatu
skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor
ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan
berbeda yang mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan
terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang amarah, cemas, depresi,
dan seterusnya. Atau pihak lain, jika masing-masing pertanyaan merupakan faktor
terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antra pertanyaan yang berhubungan
dengan marah, cemas, depresi dan seterusnya.[19]
e. Rancangan
Korelasional yang Dugunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat
dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab akibat menggunakan metode korelasi. Rancangan tersebut adalah rancangan
analisis jalur (path analysis design)
dan rancangan panel lintas-akhir (cros-lagged
panel design).
Analisis
jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah yang menghubungkan suatu
variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat
hubungan antara stres dan kesehatan. Analisis jalur digunakan untuk
memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologis, jalur utama yang
berhubungan dengan stres dan kesehatan melalui prilaku sehat. Artinya kita
mengetahui bahwa stres mempengaruhi faktor-faktor psikologis seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan.
Kita juga mengetahui bahaw kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap
diri kita, kitakurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh
latihan-latihan yang layak, dan seterusnya.Penelitian memperlihatkan bahwa
terhadap hubungan yang lebih kuat antara stres, prilaku sehat, dan kesehatan
daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan
statistik korelasional untuk menggambarkan kesimpulan ini.[20]
f. Analisis
Sistem (System Analysis)
Desain
ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamika, seperti perubahan sepanjan waktu, jerat umpan
balik, serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis
digunakan untuk menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil
dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru
terhadap informasi siswa, usaha pengajaran, dan performansi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.[21]
E.
Eksperimental
Research Design
Validitas
eksperimen merupakan fungsi langsung dari tingkatan untuk mana variabel
ekstraneus dikontrol. Apabila variabel tersebut tidak dikontrol, sulit untuk
dievalusai efek variabel bebas dan generalisabilitas. Istilah percampuradukan (confounding) kadang-kadang digunakan
untuk mengacu pada fakta bahwa efek variabel bebas mungkin dicampuri oleh
variabel ekstraneus demikian yang sulit untuk menentukan setiap efeknya. Inilah
yang dikontrol oleh desain penelitian eksperimental, yaitu mengontrol semua
variabel luar (extraneous variable);
desain yang banyak mengontrol banyak sumber ketidak validan; desain yang jelek
hanya mengontrol sebagian.[22]
1. Pengontrolan
Variabel Luar (Control of Extraneous
Variables)
Randomisasi
merupakan cara tunggal supaya mengontrol banyak variabel eksraneous pada waktu
yang sama. Impliksi logis pernyataan di atas adalah bahwa rndomisasi harus
digunakan sedapat mungkin, subjek sedapat mungkin harus dipilih secara random
dari suatu populasi, perlakukan sedapat mungkin harus diperuntukkan kepada
kelompok secara rendom, dan segala sesuatu yang dapat anda pikirkan, sedapat
mungkin harus diperuntukkan secara rendom.[23]
2. Pemadanan
(Matching)
Pemadanan
adalah suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel yang
telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada
variabel terkait. Suatu pendekatan yang lebih memuaskan adalah pembentukan
sub-subkelompok yng mewakili semua tingkatan variabel kontrol. Jika peneliti
tidak hanya tertarik untuk mengontrol variabel, tetapi juga dalam melihat
apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara berbeda pada tingkat
yang berbeda terhadap variabel kontrol, pendekatan yang paling baik adalah
memasukkan variabel kontrol kedalam desain dan menganalisis hasilnya dengan
teknik statistik yang disebut analisis varian faktorial.[24]
3. Penggunaan
subjek sebagai Pengendalian Diri Mereka Sendiri
Penggunaan
subjek sebagai pengontrol diri mereka sendiri melibatkan pemajanan (expasing) kelompok yang sama pada
perlakuan-perlakuan yang berbeda, satu perlakuan pada suatu waktu. Ini akan
membuat mengontrol perbedaan subjek karea subjek yang sama menerima kedua
perlakuan.
Suatu
masalah dengan pendeikatan ini dalam studi yang sama merupakan efek lanjutan
dari perlakuan terhadap berikutnya. Jika hanya satu kelompok yang tersedia,
pendekatan yang lebih baik, jika memungkinkan, adalah membagi kelomok kedalam
dua kelompok yang lebih kecil.[25]
4. Analisis
Kovarian
Analisis kovarian adalah suatu metode statistik
untuk penyamaan kelompok yang dibentuk secra rendom pada satun atau lebih
variabel kontrol. Dalam arti, analisis kovarian mengatur skor pada suatu
variabel terikat untuk perbedaan awal pada beberapa variabel lain, seperti
sebgai skor prates, IQ, kesiapan membaca, bakat musik. Dalam contoh yang
diberikan sebelumnya, untuk studi membandingkan keefektifan dua metode kelompok
belajar, peneliti dapat menghitung kovariansi pada IQ kemudian menyamakan skor
pada pengukuran hasil belajar dalam prksi.[26]
Terdapat beberapa bentuk
desaineksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, Yaitu: Pre-Eksperimental Design, True Eksperimental
Design, Factorial Design, dan Quasi Eksperimental Design,
Hal ini dapat
digambarkan seperti gambar 1.1
![]() |
|||
![]() |
|||
Gambar
1.1. Macam-macam Metode eksperimen
1. Pre-Experimental
Designs (Nondesigns)
Dikatakan
pre-experimental design, karena
desain ini belum merupkan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa, karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan vriabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena
tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara rendom.[27]
2. True
Experimental Design
Dikatakan
true experimental (eksperimen yang
betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal
(kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari
true experimental adalah bahwa sempel
yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
rendom dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya adanya kelompok
kontrol dan sample dipilih secara rendom.[28]
3. Factorial
Desigh
Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan
memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan
(variabel independen) terhadap hasil (vaiabel dependen). Paradigma desain
faktorial dapat digambarkan 1.2 seperti berikut:
![]() |
Gambar
1.2. Paradigma Desain Faktorial
Pada
desain ini semua kelompok dipelih secara rendom, kemudian masing-masing diberi
pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1
= O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel
moderatornya dalah Y1 dan Y2.[29]
4. Quasi
Experimental Design
Bentuk desian
eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk menontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun
demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental
design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk peneliti.
Dalam
suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan
sebagian para karyawan untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian
menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Eksperimental[30].
[1] Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendektan Praktik,
Jakarta:PT RINEKA CIPTA, hal. 3
[2] Ibid., hal. 3
[4] Ibid., hal. 4
[5] Sumadi
Suryabata(B.A.,Drs.,M.A.,Ed.S.,Ph.D.), 1995,Metodologi
Penelitian: PT RajaGrafindo Persada, hal. 19
[6] H.Hadari Nawasi, 1996, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Presh,hal. 73-74
[7] Ibid,. hal. 18
[8] Ibid,. hal. 18
[9] Ibid,. hal. 26
[10] Ibid,. hal. 26
[12] Ibid,. hal. 27
[13] Ibid,. hal 29
[14] Emzir,2012, Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif, Jakarta:
Rajawali Pers,.hal.37
[15] Sumardi Suryabrata, 1995, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT
RajaGrafika Persada,hal. 24
[16] Ibid,. hal. 48
[18] Ibid,. hal. 49
[20] Ibid,. hal. 50
[21] Ibid,. hal. 51
[23] Ibid,. hal. 87
[24] Ibid,. hal. 90
[26] Ibid,. hal. 92
[27] Sugiono,2015, Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods,
Bandung:Alfabeta, hal. 111
[29] Ibid,. hal. 114
Tidak ada komentar:
Posting Komentar